MY family

MY family
Andry-tia-yusuf

Senin, 16 Januari 2012

GALATIA 5:1-15

 KEMERDEKAAN YANG SEJATI / DIMERDEKAKAN  UNTUK MELAYANI


        Apakah manusia membutuhkan kemerdekaan ? Tentu saja ya. Setiap orang ingin bebas, dan tidak mau berada dalam kuk perhambaan, penaklukkan dan penjajahan. Tetapi pertanyaan sekarang adalah : Jika kemerdekaan itu dianugerahkan, untuk apa kemerdekaan itu? Supaya ada kebebasan dalam segala hal. Jawaban ini juga tidak salah. Tetapi apakah yang dimaksud  adalah kebebasan hidup, seks bebas, kehendak bebas, kekuasaan bebas atau mungkin masih ada kebebasan lain ? Mari kita renungkan bersama apa maksud Paulus dengan kemerdekaan yang sejati itu.   
Jemaat Galatia merupkan hasil pelayanan Paulus pada tahun kira-kira 49-50 M (Kisa 13-14). Jemaat ini adalah jemaat yang taat akan ajaran paulus yang adalah rasul Allah sendiri (1:1). Banyak mujizat yang terjadi dalam pelayanannnya sehingga iman mereka menjadi kesaksian bagi banyak orang.  Namun mengapa Paulus menulis surat kepada jemaat Galatia ? karena Paulus sangat kecewa setela meilhat sikap jemaat yang begitu lekas berbalik daripada ajaran Kristus, dan mengikut injil lain yang sebenarnya bukan Injil (1:6-7).
Siapakah penggoda atau penghasut mereka ? Yaitu suatu  golongan yang menentang pengajaran Paulus, Golongan Yudaizer (orang-orang Yahudi yang telah menerima Injil Yesus Kristus tetapi yang belum dibebaskan dari traadisi Yahudi. Dan oleh Paulus menyebutnya sebagai Kristen tradisi/ KTP. Karena mereka menganggap Taurat merupakan keharusan untuk dapat menerima keselamatan, walaupun hidup belum dibaharui (Kisa 15:1).  Inilah penyebab mengapa mereka berbalik dari Injil Kristus.
Menjawab protes Yudaizer ini maka Paulus berkata ‘ Kamu lepas dari Kristus,jikalau  kamu mengharapkan kebenaran dari hukum Taurat, itu berarti kamu masih hidup diluar kasih karunia’(ayat 4). Karena Kristus sudah memberikan kemerdekaan dengan mengorbankan diriNya untuk mejadi penebusan dosa, dan itu berarti bahwa manusia diselamatkan oleh karena kasih karunia, bukan oleh karena perbuatan-perbuatan baik. Kemerdekaan  menjadi bagian manusia, bukan karena manusia layak untuk menerimanya, tetapi karena kasih karunia Allah di dalam Kristus Yesus.  Sebab itu Palus mengatakan dengan tegas agar jemaat di Galkatia dapat  berdiri  teguh (terus-menerus) dalam kemerdekaan itu. 
Paulus menambah kualifikasi tertentu pada kemerdekaan itu, antara lain :
1. Janganlah mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan hidup dalam dosa  (ayat 13) ;
2. Merdeka untuk saling melayani ;
 3. Manusia dimerdekakan tidak untuk membuang hukum taurat, melainkan dimerdekakan untuk menggenapinya (ayat 13,15).
Jadi kemerdekaan Sejati  itu adalah :
 1. Merdeka dalam arti yang sesungguhnya : tidak dikuasai lagi oleh dosa  ;
 2. Merdeka berarti mempergunakan kesempatan untuk hidup dengan melayani  sesama atas dasar kasih Kristus
3. Merdeka berarti mengasihi Tuhan dengan menjadikan Tuhan sebagai patokan yang menyatakan kehendakNya untuk kehidupan kita.
Ternyata kemerdekaan itu adalah anugerah, dan itu diberikan melalui “pengorbanan” Kristus. Namun demikian kemerdekaan itu tidak dapat diartikan sebagai hidup semau gue, sehingga kita menjadi orang yang egois (yang mementingkan keinginan sendiri). Kemerdekaan di dalam Kristus ternyata adalah tunduk pada kehendak Tuhan, dengan cara melaksanakan pelayanan dengan kasih. Sebab melayani   tanpa Kasih, adalah bukti bahwa kita masih dalam kuk perhambaan dosa, kita belum dimerdekakan, bukti dari adanya kehidupan yang benar-benar tidak merdeka. Kita benar-benar merdeka bila kita menerapkan perpaduan hidup melayani dan mengasihi.Inilah kemerdekaan Kristen sejati.
Bulan Agustus, merupakan bulan yang terus dihiasi dengan pekik kemerdekaan. Kita bersyukur untuk kemerdekaan yang dianugerahkan Tuhan bagi bangsa ini. Kita terajak untuk merenungkan sejarah perjuangan bangsa, bahwa kemerdekaan yang diperoleh dan yang generasi masa kini nikmati, bukanlah tanpa perjuangan dan pengorbanan. Kemerdekaan ini dibayar dengan sesuatu yang berharga. Mulai dari materi sampai mempertaruhkan nyawa. Kita bukan cuma sekedar mengenang perjuangan , pengorbanan ,dan sekedar menghormati  jasa-jasa para pahlawan, tapi juga sebagaimana yang menjadi harapan para pejuang bangsa ini adalah kita dapat mempertahanakan kemerdekaan dan dapat memberi makna pada kemerdekaan itu sendiri.
Sejak arus reformasi melanda kehidupan bangsa Indonesia, maka deonstrasi sebagai ekpresi dari demokrasi makin dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat dengan dalih “kebebasan”. Kenyataannya yang terjadi adalah  kebebasan tanpa batas, kebebasan yang tidak bertanggungjawab dan tidak memperhatikan lagi norma-norma hukum ataupun agama yang berlaku. Juga ketika ada masyarakat sosial yang lain menganggap dan merasa lebih berhak daripada yang lain untuk tinggal dan hidup di bumi Indonesia ini. Dalam pembukaan UUD 45 disebutkan bahwa kemerdekaan itu adalah anugerah bagi bangsa ini, bukan karena sekelompok masyarakat, suku, agama, dll. Tapi jutru itupun bisa diraih ketika ada persatuan dan kesatuan . Karena itu jikalau pemikiran-pemikiran negative masih terus mewarnai kehidupan bangsa ini, maka patut dipertanyakan apakah kita benar-benar sudah merdeka. Sebab salah satu bentuk kolonialisme modern adalah diskiriminasi. Bukankah ini mejadi keprihatinan dan kepedulian kita sebagai bagian dari warga Negara yang bertanggungjawab untuk mengaktualisasikan pelayanan kasih itu  di tengah kemajemukan, dan keanekaragaman bangsa  ? 
Gereja terpanggil untuk  mengaktakan kemerdekaan sejatinya dengan pelayanan kasih dalam segala aspek kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar